......Tarbiyah Islamiyah telah melewati usia 20 tahunnya.
Fenomena yang berawal dari sekolah-sekolah dam kampus terus berkembang
mengikuti gerak perubahan Negri ini. Di awali dari mihwar tandzimi dimana
tarbiyah telah membangun organisasi dakwah yang solid dan kuat, yang siap
menjadi tulang punggung dakwah,dengan rekrutmen kader dan membentuknya menjadi
kader-kader kuat dan tangguh. Memasuki mihwar sya’bi dengan membangun basis
social yang luas dan merata sebagai barisan pendukung dakwah, hingga saat ini
di mihwar muassasi dimana dakwah telah membangun institusi untuk mewadahi
pekerjaannya, para kader dakwah mulai memasuki wilayah kelembagaan, kekuatan
dakwah ditransformasikan ke dalam Hizbud-Dakwah, akankah tarbiyah tetap menjadi semangat zaman seperti di dua fase
perjalanan dakwah sebelumnya?
Penerimaan umat terhadap tarbiyah:
Kalau dulu para
aktivis dakwah mendatangi orang-perorang untuk menawarkan tarbiyah, sekarang
masyarakat seakan mengantri menunggu para aktivis yang mau mentarbiyah mereka.
Hal menggembirakan ini patutlah kita syukuri, kebahagiaan seorang da’i adalah
ketika menemukan masyarakat menerima seruannya, dan mengikuti jalan Islam dalam
kehidupannya. Keikhlasan menjadi kunci terbukanya pintu ridha dan pertolongan
dari Allah SWT.
Pada awal mihwar tanzhimi, kebersamaan kita dan dakwah
dirasakan seperti hidayah dan nikmat Allah yang membawa kita keluar dari
kelamnya kegelapan jahiliyah menuju ruang baru Islam yang terang benderang. Ada
semangat kuat untuk membedakan diri.dan keterasingan menjadi sebuah
keberuntungan dalam benak dan perasaan para kader.
‘Islam pertama kali datang asing, dan akan
kembali menjadi asing. Maka beruntunglah orang-orang yang asing. Yaitu mereka
yang memperbaiki sunnahku setelah manusia merusaknya”
Ketika dakwah meluaskan langkahnya kedalam mihwar sya’bi.
Ada misi besar yang di amanahkan dakwah pada kader tarbiyah sekitar tujuh tahun
lalu, yaitu menebarkan keistimewaan Islam kapada masyarakat luas. Para kader
dakwah pun lebih mengorganisir amalnya melalui berbagai wajihat dan muassasat,
pendidikan,pelayanan social, pelayanan dakwah, dan ekonomi, kader dakwah pun
mulai dikenal sebagai public figure.
Tarbiyah semangat zaman:
dua fase awal
dakwah mihwar tanzhimi-mihwar sya’bi- dilalui dengan semangat zaman untuk
mentarbiyah umat,daurah rekrutmen-halaqoh menjadi sarana utama untuk membentuk
generasi robbani,halaqoh dijadikan sarana utama untuk bekal dakwah di
masyarakat “Hendaklahkamu menjadi
orang-orang robbani. Karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya” (QS.Ali Imran:79) Tidak ada keraguan sedikitpun
untuk menyampaikan Islam kepada mad’uwin(objek dakwah).Tiga unsure yang
menghiasi militansi tarbiyah dan dakwah para kader pada tingkat individu;
izzah,hamasah, dan ghirah Islamiyah. Ada kebanggaan dan keyakinan”izzah” akan
fikrah islam yang mereka miliki. Ada “hamasaH” semangat menggelora untuk
mengamalkan Islam dan menyerukannya kepada orang lain, dan ada “ghiroh”,
kecemburuan dan semangat pembelaan terhadap Islam. Militansi individu semakin
diperkokoh dengan semangat keterikatan(ruhul-irtibat) antar anggota dalam
sebuah halaqoh, semangat persaudaraan (ruhul-ukhuwah) yang terpancar dari
wajah-wajah para kader yang saling mengenal, serta semangat kerjasama
(ruhul-amal jamai) untuk menopang berbagai tanggungjawab dan beban dakwah
melalui semangat saling memberi dan berkorban (ruhul badl wat-tadhiyah).
Rahasia Sukses Tarbiyah:
Pertama dan utama adalah Istiqomah dalam hidayah,keikhlasan, ketaatan dan dalam kesabaran.
Dalam perjalanan panjang dakwah dan tarbiyah ini, istiqomah dibangun melalui
tarbiyah imaniytah yang terus menerus, baik secara jama’i maupun dzati(mandiri).
Liqo tarbawi dan berbagai aktifitas jamai untuk tarqityah maknawiyah dan
tazkiyatun-nafs dilakukan secara periodik untuk dapat menjaga ke-istiqomahan
dalam tarbiyah.
Rahasia kedua adalah disiplin
dalam tanggung jawab (indibath bil-masuliyah). Semakin disiplin pada
tanggungjawab dakwah dan tarbiyah, semakin Allah memudahkan semua urusan
mereka. “dan bersabarlah, karena Allah
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS.
Huud:115)
Rahasia ketiga adalah At-takamuliyah fi daur at-tarbawi, kemenyeluruhan dalam peran
tarbiyah. Layaknya seorang murabbi atau murabbiyah ketika mentarbiyah mutarabbinya,
tidak hanya memerankan diri sebagai guru, tetapi pada saat yang brsamaan ia
menjadi seorang syaikh dalam memelihara dan meningkatkan ruhiyah maknawiyah mutarabbinya.
Ketika menghadapi masalah-masalah yang dihadapi mutarabbinya ia menjadi bapak
atau ibu (walid) , ketika berada di medan dakwah dan amal Ia menjadi
qaid(pemimpin) yang ikhlas,bijak dan tegas. Kemenyeluruhan peran-peran tarbiyah
inilah yang telah berhasil melahirkan kader-kader terbaik .
Menyiapkan Annasir taghyir:
Adalah tadbir Rabbani yang penuh dengan hikmah, ketika
tarbiyah ini menanam bibit-bibit awalnya di kalangan pelajar dan mahasiswa, apa
yang ditanamkan sejak awal oleh tarbiyah adalah menginvestasikan calon-calon
pemimpin bagi proses perubahan besar di negri ini. Menyiapakan Annasir taghyir
( agen atau pelaku perubahan )
sehingga baik buruknya negri ini dan gerak perubahan di masyarakat sangat
ditentukan oleh para pemimpinnya. Calon-calon pemimpin masa depan negri ini
telajh menyebar ke berbagai sendi umat, dan nyatanya mereka telah menjadi sendi
rujukan(marjaa) bagi masyarakatnya. Kredibilitas moral dan social yang dimiliki
telah membuka jalan bagi mereka untuk berperan sebagai pemimpin masyarakat(
qiyadatul mujtama’).
Momentum dan Tugas Perubahan:
Kini tarbiyah telah berada pada mihwar muassasi. Dakwah ini telah mentransformasikan
dirinya sebagai hizbud-dakwah di tengah-tengah keterbukaan dan kompetisi. Masa
depan islam di negri ini ditentukan pada kemauan dan kemampuan kita untuk
merealisasikan Peradaban Isalm yang tertuang pada tugas-tiugas berikut:
Pertama, melibatkan
diri sekuat tenaga untuk membebaskan umat dari belenggu kejahiliahan dan
kezhaliman politik. Tugas kedua, memenuhi
aras negri ini dengan solusi Islam, bukan pada tataran opini dan wawancara
saja, tetapi sampai tingkat praktis dan aplikasi. Umat membutuhkan sesuatu
untuk menyelamatkan mereka dari rapuhnya bangsa ini, dan jawaban atas semua ini
sudah sampai pada tataran aksi, bukan lagi diskusi. Setiap kader dakwah adalah
orang-orang cerdas yang mampu menggerakan komunitas sekelilingnya untuk
bersama-sama melakukan perubahan dan perbaikan. Tugas ketiga adalah mengajak sebanyak-banyaknya manusia untuk
menerima Islam dan menjadi pendukung dakwah ini. Untuk itu pekerjaan
pertama kita adalah da’i, pekerjaan kedua kita adalah murabbi dan pekerjaan
ketiga kita adalah pemimpin. Tugas keempat kita adalah terus menerus menyiapakan diri dan mengembangkan segala
kemampuan yang dibutuhkan oleh dakwah.
Tarbiyah adalah madrasah tempat kita
membina diri, maka kokohkanlah kembali tarbiyah karena “pemimpin tidak akan
lahir tanpa proses tarbiyah”
Sumber : “Tarbiyah
Semangat Zaman"
Bogor, 04 Desember 2010
^LaZa^